Banten

Raskin Empat Bulan Tidak Turun

Sudah Dipungut Biaya

Administrator | Sabtu, 22 Agustus 2015

MEKAR BARU – Penyaluran bantuan beras miskin (Raskin) di Kabupaten Tangerang terus menuai maslaah. Sekitar 6.000 kepala keluarga di Desa Kedaung Dalem, Kecamatan Mekar Baru, sudah empat bulan terakhir tidak mendapatkan pasokan raskin. Ironisnya mereka sudah memyar untuk kebutuhan raskin selama dua bulan.

Salah satu warga RT 02/03 Desa Kedaung Dalem, Kecamatan Mekar Baru Munir mengeluhkan penyaluran raskin di desanya terhenti sejak Mei 2015 silam. Padahal sesuai aturan, penyaluran raskin dilakukan setiap bulan dari Badan Urusan Logistik (Bulog), langsung ke kantor desa.

“Saya bingung biasanya raskin disalurkan setiap bulan. Tapi sampai Agustus ini baru 4 kali penyaluran. Padahal warga sangat membutuhkan raskin,” tuturnya.

Tokoh masyarakat Kampung Cirabun, Desa Kosambi Dalem Khamdani mengatakan, pihaknya sudah mencoba menelusuri tidak turunnya raskin selama 4 bulan terakhir ini. Dari jumlah 6.000 KK di Desa Kosambi Dalem dibutuhkan sebanyak 9,6 ton lebih raskin setiap bulan. Dengan membayar Rp 2.000 rupiah per 1 liter, pihak desa harus menyetorkan sebesar Rp 15.408.000 ribu setiap bulan.

“Saat saya tanyakan ke pihak desa, ternyata masih ada tunggakan raskin sebesar Rp 30.816.000 untuk dua bulan pengiriman. Saya sendiri bingung dimana macetnya dana tersebut, padahal masyarakat selalu bayar setiap bulan,” ujarnya.

Anehnya lagi menurut Khamdani, masyarakat dipungut bayaran raskin oleh pihak desa untuk kebutuhan bulan berikutnya. Meski ada warga yang membayar, namun ada juga sebagian warga yang menolak. Karena pada prinsipnya masyarakat akan bayar jika raskin sudah diterima.

Setelah uang terkumpul dari warga miskin, ternyata raskin juga tidak kunjung turun. Padahal warga Desa Kosambi Dalem sangat membutuhkan raskin tersbeut. Mengingat sebagian besar masyarakat Kosambi Dalam hanya mengandalkan makan dari hasil panen. Sementara saat ini, seluruh wilayah ini dilanda kekeringan.

“Jika raskin saja tidak turun, lantas kami harus makan apa. Untuk beli beras dengan harga normal kami tidak sanggup, karena masyrakat kami sebagian besar tidak punya pekerjaan. Warga hanya mengandalkan hasil pertanian,” tandasnya. (put)