Figur

Penguatan Ekonomi dan Spiritual

Administrator | Senin, 10 April 2017

Oleh: Muhidin A Kodir

Kaderisasi Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) dewasa ini semakin bergeliat tumbuh dan berkembang hampir merata dilakukan Pengurus Cabang dan Pengurus Wilayah yang ada di Indonesia. Tak terkecuali Pengurus Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Tangerang.

Dalam catatan penulis selama kurun waktu lima tahun aktif menjadi Pengurus GP Ansor Tangerang, tidak kurang 2.000 pemuda telah mengikuti kaderisasi secara simultan yang diselenggarakan oleh pengurus cabang dan pengurus wilayah Banten yang menyebar di 36 Kecamatan.

Kaderisasi dilakukan sebagai upaya mencapai tujuan membentuk dan mengembangkan Generasi muda menjadi kader bangsa yang cerdas, Tangguh, memiliki Iman dan Taqwa kepada Allah SWT, berkepribadian luhur, berakhlak mulia, sehat, terampil, patriotik dan beramal shaleh.

Agar dalam menjalankan estafet kepemimpinan dan berkhidmat pada perjuangan bangsa memperoleh semangat kultural dan spritual yg berakar pada nilai-nilai bangsa yang luhur berdasarkan Islam Ahlusunnah Waljamaah sehingga mampu menjawab problematika setiap zaman.
 
Bukan rahasia bahwa, pengaruh globalisasi telah hadir ditengah kita dan menambah beban problematika kebangsaan dan keagamaan yang semakin hari semakin terasa berat terutama menghadapai persaingan ekonomi dan paham agama Transnasional, secara ekonomi, peluncuran Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membuka potensi kesenjangan yang cukup besar di antara pemuda itu sendiri.

Diakui atau tidak, MEA menciptakan kondisi persaingan ekonomi yang tidak sehat, baik di antara sesama pemuda lokal, maupun antarpemuda se-ASEAN, pada wilayah ini kader Ansor harus memiliki jiwa usaha (entreprenuer) sesuai kompetensi dan berjiwa sosial agar tetap tawadhu dan bersifat rahman-rahim dengan kesuksesan ekonomi.

Begitu pun masuknya paham agama Transnasional (Daulah Khilafah Islamiyah) yang gencar dikampanyekan ormas yang berafilisasi (baiat) dengan Islamic State (IS) mengharuskan GP Ansor memiliki kader berjiwa patriot dan tangguh memahami Islam Rahmatan Lilalamiin, secara kaffah yang dapat mengontrol dan membendung paham mengancam radikalisme yang mengarah konflik horisontal dan disintegrasi NKRI.

Lebih dari itu dapat menjadikan Islam Nusantara Bukan hanya sekadar slogan, tapi harus menjadi konsep pengamalan nilai Islam dalam kehidupan nyata.

Dua point pengamalan di atas mutlak harus dimiliki kader ansor melalui konsep pengkaderan yang terintegrasi, sebab penguasaan ekonomi dan pemahaman agama syarat fundamental bagi eksistensi kader. Adapun militansi, heroik dan jati diri kader ansor yang tangguh dan tidak terkecoh pragmatisme akan terbentuk beriringan manakala kemandirian ekonomi dan internalisasi nilai-nilai aswaja terintegrasi dalam jiwa masing-masing kader.

Diaspora sebagai komitmen organisasi menyalurkan potensi Kader untuk berkhidmat pada setiap ruang dan waktu telah dilakukan pengurus cabang GP Ansor Tangerang dengan menghadirkan ansor pada setiap momentum di Kabupaten Tangerang dan patut diapresiasi. Namun disisi lain perlu dilakukan evaluasi untuk ditingkatkan dan diketahui kehadiran Ansor benar-benar maslahat bagi bangsa, agama wabilkhhus bagi kader secara umum (taaddul) yang kemudian dilakukan penyempurnaan untuk memastikan potensi masing-masing kader terpetakan sesuai kompetensi.

Selain itu, Semangat ber-ansor juga sejatinya dilandasi sifat kemasyarakatan yang di dalamnya ada keharusan membangun relasi dengan institusi dan lembaga lokal lainya wabilkhusus dengan Ulama, Kiyai dan Santri sebagai wujud menjadikan ansor organisasi pemuda dinamis dan sinergis dengan semua elemen bangsa serta senantiasa hadir menjadi bagian solusi ditengah dinamika dan problematika Bangsa-Agama demi kepentingan ummat. Wallahu’alambissawab.

Penulis adalah Wakil Ketua PC Ansor Tangerang