HUKRIM

Komoditas Pertanian Ilegal 20 Negara, Dimusnahkan Karantina Pertanian

Administrator | Kamis, 02 Maret 2017

Proses pemusnahan komoditas asal 20 negara oleh Badan Karantina Pertanian bandara Soetta, Tangerang

TANGERANG - Kepala Badan Karantina Pertanian Banun Harpini bersama Pimpinan dan Anggota Komisi IV DPR musnahkan berbagai komoditas pertanian asal 20 negara yang masuk ke Indonesia secara illegal pada periode triwulan akhir tahun 2016.
 
Komoditas tersebut adalah hasil sitaan Balai Besar Karantina Pertanian Bandara Soekarno Hatta, Tangerang dan Tanjung Priok, Jakarta Utara bekerja sama dengan pihak Kantor Pos Besar Jakarta. 

Perdagangan komoditas pertanian mancanegara secara online menunjukan tren yang meningkat. Namun, belum dibarengi dengan kesadaran untuk memeriksakan kesehatan tumbuhan dan hewan dari negara asal.

Untuk komoditas tumbuhan dari 20 negara di antaranya Amerika Serikat, Spanyol, Cekoslovakia, Thailand, Cina, Belanda, Jerman, Korea Selatan, Singapore, Malaysia, Inggris, Perancis, Filipina, Rusia, Australia, Belgia, Brasil, Italia, Saudi Arabia dan Selandia Baru. Sementara untuk komoditas hewan berjumlah 242,55 kg masing-masing 211 kg dari Cina dan sisanya dari empat negara yakni, Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Malaysia dan Taiwan.

"Pentingnya kesehatan tumbuhan sebagai mata rantai dasar penciptaan pangan dan pakan. Tanpa produksi tumbuhan maka tidak ada pangan bagi manusia dan juga pakan bagi hewan. Oleh karenanya wabah penyakit pada tumbuhan perlu diantisipasi agar tidak merugikan kesehatan manusia juga perekonomian bangsa," ujar Banun di Kantor Karantina Pertanian Bandara Soekarno Hatta, Tangerang pada Rabu (1/3/2017).

Banun mencontohkan wabah penyakit tumbuhan merebak di tahun 2013 yakni, Cylella fastidiosa. Wabah yang menyerang sentra kebun zaitun di Italia. Juga terjangkitnya nematoda pada pohon Pinus di Portugal yang telah menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi industri kayu lokal tahun 1999.
 
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Herman Khaeron menyampaikan Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki Mega Biodiversity, yang mana kekayaan sumber daya alam hayati merupakan terbesar ke - 2 di dunia setelah Brazil. Tentunya pertahanan Karantina Pertanian yang ekstra diperlukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan hidup juga ekonomi. 

"Antisipasi Badan Karantina Pertanian terhadap peningkatan tren perdagangan secara online menurut data transaksi e-commerce tahun 2016 telah mencapai angka Rp. 319,8 triliun," ungkap Herman.

Pihaknya Karantina Pertanian terus meningkatkan kerja sama dengan instansi terkait seperti Kantor Pos Indonesia. Ia menambahkan tidak hanya dari aspek pencegahan, saat ini Badan Karantina Pertanian terus mengembangkan sistem layanan elektronik guna mengakselerasi layanan publik di bidang perkarantinaan, khususnya ekspor produk pertanian, salah satunya adalah `PriokQ Klik`.
 
Sistem layanan ini memungkinkan ekspor produk dari pengguna jasa karantina pertanian pelabuhan Tanjung Priok dapat memproses, memonitor, dan mendapatkan layanan karantina secara mudah, cepat, dan tidak perlu melalui kantor. 

"Saat ini `PriokQ Klik` mendapat sambutan yang cukup baik dengan telah diakses oleh 44.970 pengguna, dengan rata-rata 499 akses/hari. Dari sisi manajemenpun kini telah mampu mengevaluasi SLA secara realtime. Kedepan inovasi ini akan terus dievaluasi dan diduplikasi pada unit kerja teknis lain," ucapnya.

Pemusnahan komoditas tumbuhan diberengi dengan pemusnahan barang bawaan penumpang berupa hewan, tumbuhan, dan produk. Pemsunahan dilakukan dengan cara dibakar pada alat incinerator Instalasi Karantina Hewan (IKH) Balai Besar Karantina Pertanian Bandara Soetta.

"Ke depan peningkatan kesadaran masyarakat terutama pada penumpang moda lalu lintas darat, laut, dan udara perlu ditingkatkan guna menjamin kesehatan, keamanan rantai makanan dan stabilitas perdagangan komoditas pertanian kita," ucap Banun. (FIK/ALI)