Nasional
Dua Desa di Pantura Jadi Sorotan Nasional

KRONJO - Dua desa di Kabupaten Tangerang menjadi prioritas Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) RI dalam program Desa Migran Produktif. Desa yang dimaksud adalah Desa Mekarbaru, Kecamatan Mekarbaru dan Desa Bakung Kecamatan Kronjo.
Sejak Selasa (7/3) lalu, dua anggota tim pendataan yakni Muhajir dan Anna Kurnianingsih melakukan survei ke dua daerah tersebut. Puluhan mantan migran diberikan 40 pertanyaan mengenai kondisi mereka saat ini.
Muhajir mengatakan dari dua desa tersebut ada 700 warganya pergi ke luar negeri. Jumlah itu belum ditambah dengan eks-TKI lainnya. Seperti 300 warga Desa Bakung meninggalkan keluarganya untuk bekerja di negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Hong Kong dan negara-negara Timur Tengah sampai ke Tel Aviv, Israel.
Jumlah yang hampir sama juga ditemukan di Desa Mekarbaru, sebanyak 400 warganya bekerja menjadi TKW. ”Banyak warga yang pergi, namun setelah itu kembali uang yang mereka belanjakan tidak bisa mendongkrak ekonominya sendiri,” paparnya.
Dikatakannya, program Desa Migran Produktif (Desmigratif) sebagai peningkatan layanan dan perlindungan bagi buruh migran dan mantan buruh migran. ”Program ini untuk memberdayakan, melindungi dan melayani Tenaga Kerja Indonesia (TKI), sejak dari desa. Sasarannya tidak hanya para TKI aktif saja melainkan ditujukan pula bagi calon TKI, TKI purna alias eks migran, serta keluarga para TKI,” jelasnya.
Muhajir menambahkan, kondisi desa migran membawa masalah tersendiri. Seperti anak yang ditinggalkan oleh orang tua mereka untuk mencari kerja. Hal ini patut segera diantisipasi sebab dapat menimbulkan masalah sosial.
”Dari keterangan mereka, setiap tahun mereka mengirimkan uang dalam jumlah besar untuk keluarga. Dalam sebulan, mencapai Rp5-10 juta. Itu belum termasuk uang yang dikirim pulang tanpa melalui bank ,misalnya lewat teman atau tetangga yang pulang,” jelasnya.
Di Desa Bakung mayoritas yang merantau adalah perempuan, sedangkan di Mekarbaru campuran. Hampir setiap rumah punya anggota keluarga yang bekerja di luar negeri sebagai pekerja domestik atau pekerja perkebunan dan pekerja-pekerja kasar lain.
Muhajir mengatakan pendorong kepergian mereka dari desa-desa yang mata pencaharian penduduknya bertani itu adalah faktor ekonomi. Lewat program desa migran produktif, para eks TKI akan dikelompokkan menjadi kelompok usaha dan diberikan modal.Ā
”Sejak digulirkan bulan lalu, pendanaan baru dari bantuan Bank Nasional Indonesia (BNI). Kita juga melihat potensi eks-migran dengan kondisi perkampungannya,” terangnya.
Hal senada disampaikan, Kades Bakung Suandana. Para mantan TKI ini banyak yang bekerja sebagai buruh tambak, usaha makanan cilok dan koperasi. ”Lemahnya perekonomian dan kurangnya lapangan kerja sehingga mereka pergi ke luar negeri,” kata dia.
Dikatakan dia, hasil jerih payah TKI tampak nyata di kedua desa. Rumah-rumah bata berdiri kokoh dengan atap genteng, di depan rumah diparkir sepeda motor bahkan ada yang lebih dari satu, warga mengolah tambak ikan bandeng di Pantai Utara Tangerang.
Namun demikian, diakui oleh Suandana, tidak semua warganya berhasil mengumpulkan uang sebagaimana yang direncanakan. Banyak pula yang tidak mujur dan ditipu oleh para calo tenaga kerja, sementara di desa mereka sudah meminjam uang atau menjual tanah untuk biaya keberangkatan ke luar negeri. (DAY)

- Sopir Angkot di Tangerang Sweping Transportasi Berbasis Online
- Ratusan Aparat Gabungan Jaga Ketat Orasi Supir Angkot
- Supir Angkot Demo Serentak di Pemkot Tangerang
- Pemkab Alokasikan 158 Miliar Untuk Pengadaan Tanah
- Usai Ditertibkan, PKL Direlokasi ke Dalam Pasar Sentiong