Banten

Dewan Asal Kronjo Dukung Full Day School

Administrator | Selasa, 16 Agustus 2016

TIGARAKSA - Anggota DPRD Kabupaten Tangerang H Fakhrudin mendukung wacana gagasan penerapan program “Full Day School (FDS) oleh Mentri pendidikan Nasional RI Kabinet jilid II. Menurut H Fakhrudin, Gagasan Mentri Pendidikan Muhadzir Effendy ini harus didukung oleh semua kalangan terutama insan pendidikan.

Menurutnya, pendidikan itu merupakan tanggung jawab semua masyarakat. Baik itu guru, orang tua siswa dan pemerintah. Dengan diberlakukannya Full Day School (FDS) ini diharapkan akan membentuk karakter anak.

"Saya mendukung program mentri pendidikan tentang Full Day School (FDS) karena saat ini jam belajar sekolah anak masih kurang memadai, jika ini diberlakukan maka anak-anak tidak akan terjerumus kearah kerusakan moral, seperti geng motor, narkoba, judi, biliar," terangnya.

Bentuk dukungan Full Day School (FDS) tersebut kata H Fakhrudin dengan diberlakukannya Full Day School (FDS) di SDN Kronjo 1 dan SDN Kronjo II. Di dua sekolah tersebut sejak tahun 2004 silam, siswa dan siswinya usai belajar sekolah pada jam 12, di izinkan untuk  pulang ke rumah masing-masing, namun wajib kembali ke sekolahan pada jam 1 siang.

"Saya ketua forum komite di sekolah SDN Kronjo sudah memberlakukan Full Day School (FDS) sejak tahun 2004 silam. Adanya wacana dari Mentri Pendidikan harus kita dukung, karena akan mencetak dan membangun karakter, karena itu pondasi awal," ujarnya.

Dukungan Full Days School ( FDS) juga datang dari anggota Dewan Pendidikan Provinsi Banten Isbandi, menurutnya harus adanya pola kesepahaman antara mendiknas dengan Departemen agama. Terutama utk menunjang program pendidikan keagamaan, misalnya  kerjasama sekolah umum dengan madrasah, program FDS dalam pandangan beberapa pihak menyisakan kekhawatiran terhadap efektivitas pelaksanaannya. Terlebih banyak sarana dan prasarana pendidikan pada beberapa daerah di Indonesia yang belum sepenuhnya ideal untuk menunjang kebutuhan penerapan program tersebut, disamping terdapat kondisi peserta didik yang masih memiliki potensi psikologis untuk mengembangkan jiwa interaksi sosial (social interactive).

"Pada dasarnya saya juga mendukung adanya wacana gagasan FDS, namun harus diikuti sarana dan prasarana yang memadai. Karena ini menyangkut pendidikan berkarakter," ujarnya. (day)