Figur

7 Hal Salah Kaprah Masyarakat Mengenai Konflik Palestina dengan Israel

Administrator | Rabu, 11 Mei 2022

Oleh : Aisyah Supernova

Konflik Palestina dengan Israel masih terus berlanjut hingga saat ini. Menurut kabar terakhir, Pasukan Israel menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsha di Yerusalem yang diduduki pada hari Kamis, 5 Mei 2022. Akibat dari bentrokan tersebut, sedikitnya 16 warga Palestina terluka. Cedera yang terlapor termasuk 14 orang mengalami patah tulang akibat peluru berlapis karet dan mati lemas karena gas air mata, kata pusat medis lapangan Sama al-Quds, dikutip dari berita Al Jazeera.

Pemerintah Israel juga terus berusaha mengusir penduduk yang tinggal di wilayah perbatasan dengan menghancurkan rumah-rumah atau permukiman yang ada. Meski warga Palestina menduduki daerah-daerah penting, beberapa orang Israel terus menetap di daerah-daerah yang seharusnya menjadi hak masyarakat Palestina.
 
Menurut data Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), jumlah bangunan yang hancur milik warga Palestina di Tepi Barat akibat konflik dengan Israel sepanjang 2009 hingga April 2022 mencapai 8.368 bangunan. Termasuk selama periode 2009-2022 ada 12.383 orang penduduk Palestina di wilayah Tepi Barat terpaksa pindah rumah atau mengungsi demi menghindari serangan dan ancaman Pemerintah Israel. Ditinjau dari wilayahnya, bangunan yang paling banyak dihancurkan oleh pemerintah Israel berada di wilayah Yerusalem, yaitu mencapai 2.499 bangunan.

Membahas konflik Palestina dengan Israel tentunya merupakan hal yang masih menjadi perbincangan panas oleh berbagai bangsa termasuk Indonesia. Namun, ternyata masih ada beberapa hal yang masih disalah pahami oleh sebagian masyarakat. Berikut 7 hal salah kaprah mengenai konflik di Palestina dengan Israel ;
 
1. Masjidil Aqsha itu Masjid dengan Kubah Berwarna Kuning Keemasan
 
Bagi sebagian kalangan ada yang menganggap bahwa Masjidil Aqsha yang berada di Palestina adalah masjid yang memiliki kubah berwarna kuning keemasan. 
 
Ternyata, yang disebut Masjidil Aqsha atau Haram Al-Syarif adalah keseluruhan komplek seluas 14,4 Hektar. Di dalamnya termasuk Jami’ Al-Kabir atau Masjid Besar (berkubah hitam) dan Dome of the Rock atau Qubah Ash-Shakhra yang berkubah kuning keemasan.
 
Kedua bangunan masjid itu, merupakan hasil dari pembangunan besar-besaran di tahun 691 Masehi yang dilakukan oleh pemerintahan Khalifah ‘Abdul Malik bin Marwan yang dilanjutkan oleh anaknya Al-Walid. Khalifah Al-Walid ini juga yang pada tahun 705 Masehi membeli Gereja Damaskus dan mengubahnya jadi Masjid ‘Umawi di jantung ibukota Suriah. Kedua bapak dan anak khalifah tersebut merupakan bagian dari Dinasti Umayyah, keturunan Sahabat Rasulullah Mu’awiyyah bin Abu Sufyan Radhiallahu ‘anhu.

2. Julukan Negara Palestina yang Tidak Banyak Orang Ketahui
 
Apa yang terbayang di pikiran kita saat menyebutkan Negara Australia? Kita tentu akan menyebutnya Negeri Kangguru. Jepang? Negeri Sakura. Belanda? Negeri Kincir Angin. Sedangkan bagaimana dengan Palestina? Apa yang terbayang di benak kita saat negeri ini disebut. Sebagian dari kita mungkin tidak tau. Istilah yang tepat untuk Palestina adalah negeri Para Nabi. Karena dari 25 Nabi dan Rasul yang Umat Islam ketahui,  Nabi dan Rasul yang terbanyak diutus ada di wilayah Syam yang saat ini termasuk negara Palestina di dalam wilayahnya.
Jumlahnya mencapai 12 orang. Mereka adalah Nabi Luth AS, Nabi Ishak AS, Nabi Ya’kub AS, Nabi Ayub AS, Nabi Zulkifli AS, Nabi Daud AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Ilyas AS, Nabi Ilyasa AS, Nabi Zakaria AS, Nabi Yahya AS, dan Nabi Isa AS.

 
3. Konflik Palestina dan Israel Adalah Konflik Agama
 
Masih ada yang menganggap perang dan konflik yang terjadi di Palestina adalah perang atau konflik agama. Mengenai apa yang sebetulnya melandasi konflik yang terjadi di Palestina, mengutip dari seorang aktivis asal Palestina, Abeer Z Barakat, dalam webinar bersama Republika.co.id, pada 22 Mei 2021 mengatakan, 

"Masalah antara Palestina dan Israel bukan sebatas permasalahan agama, di mana Islam dan Kristen memiliki sejarah pentingnya di al-Quds. Namun, setiap pihak memiliki hak untuk bebas dari penindasan dan hidup dengan layak," ujarnya.

Karena yang tinggal di Palestina bukan hanya masyarakat yang beragama Islam / Muslim, tapi ada juga Kristen dan Yahudi. Secara geografis, pada 1946 sebelum Israel menjajah Palestina, Palestina memiliki luas wilayah 24.670 km2 dan pemukim Yahudi yang melakukan eksodus menempati 514 km2. Dua tahun berselang, saat Israel melakukan deklarasi secara sepihak di Palestina sebagai sebuah negara (diatas negara Palestina yang sedang dijajah) pada tahun 1948 dari luas asli wilayah negara Palestina sudah dicaplok Israel menjadi hanya seluas 11.782,8 km2 dan Israel melonjak menjadi 14.401,2 km2 . Pencaplokan wilayah Palestina terus berlangsung hingga saat ini hingga tersisa hanya  dua wilayah saja yaitu Jalur Gaza yang kurang lebih seluas 365 km2  dan Tepi Barat hanya sekitar 5.640 km2 atau berarti sekitar 75% wilayah Palestina sudah diambil paksa oleh Israel dari warga Palestina sejak 1946. Sebelum pendudukan oleh Israel, masyarakat dengan multi agama hidup rukun berdampingan di Palestina. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya ragam masjid, gereja dan sinagog (tempat ibadah Umat Yahudi) yang  terdapat di Palestina dan pemeluknya dapat hidup rukun berdampingan sebelum pencaplokan wilayah oleh Zionis Israel.

4. Kenapa Warga Palestina Tidak Lari Saja Meninggalkan Palestina Atau Mencari Suaka ke Negara Lain? 
 
Berdasarkan informasi dari seorang jurnalis Indonesia di Palestina, Muhammad Hussein Gaza yang sudah sekitar 10 tahun tinggal di Jalur Gaza, Palestina, menginformasikan bahwa sampai saat ini Israel masih memberikan penawaran menggiurkan untuk Warga Gaza. Mereka dijanjikan untuk dibangunkan kota semewah Singapura dengan segala fasilitas di dalamnya. Pelabuhan, bandara dan semua fasilitas akan disediakan dengan kualitas terbaik. Kenyataannya, hingga saat ini semua blokade dan pengurangan kebutuhan primer yang sejak lama diterapkan pemerintah Israel kepada warga Palestina berupa listrik yang hanya dapat menyala dengan 4-6 jam saja perhari masih berlangsung. Berdasarkan data PBB, 97% air di Jalur Gaza tidak layak konsumsi sehingga warga harus membeli air bersih. Selain itu, perbatasan Gaza dijaga ketat pihak pemerintah Israel selama 24 jam sehari dengan drone bersenjata. Warga Gaza dihadapkan dengan keadaan yang sangat sulit, dengan serangan udara minimal 4 kali seminggu dan saat agresi dalam sehari bisa sampai lebih dari seribu serangan dari udara, darat dan laut. Semua kesulitan yang dihadapi Warga Gaza akan digantikan dengan pelayanan yang 180 derajat berbeda alias menjadi pelayanan terbaik dengan satu syarat, yaitu warga Gaza mau menurut pada pemerintah Israel.  Walau dengan sangat minimnya fasilitas hidup layak yang dapat diakses warga Jalur Gaza, beratnya blokade dan agresi yang mereka hadapi, mereka memilih untuk menolak tawaran yang sebetulnya sangat mereka butuhkan itu. 
 
”Karena bagi warga Palestina, mereka bertahan hanya dengan satu alasan, yaitu menjaga tanah wakaf Umat Islam, tanah Para Nabi sekalipun dengan keringat dan darah mereka sebagai tebusannya..” ujar Hussein. 
 
5. Warga Palestina Tidak Membutuhkan Sedekah, Tetapi Hadiah
 
Mungkin Sebagian dari kita belum tahu mengenai kewajiban menolong sesama Muslim termasuk derajat dan kedudukan Al-Aqsha / Baitul Maqdis di sisi Rasul Muhammad SAW. Dalam beberapa hadits disebutkan keutamaan tersebut sebagai berikut; 
Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman tak lain adalah saudara”.(QS. Al-Hujurat:10). 

Rasulullah menegaskan dengan sabdanya: “Setiap Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya” (HR. Bukhari no: 2262 dan Muslim no: 4650). 
Nabi bersabda: “Tolonglah saudaramu dalam kondisi dzalim maupun didzalimi” (HR. Bukhari no:2263) 
Dalam shahih Muslim diterangkan tentang maksud hadis tersebut, di mana Nabi bersabda: “Jika dia berbuat dzalim, maka kau cegah dia dari kedzalimannya itu, itulah yang disebut menolongnya. Tetapi bila ia didzalimi maka wajib pula bagi yang lain untuk menolongnya terbebas dari kedzaliman itu” (HR. Muslim , no:4681). 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata. “Dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : 
“Tidak boleh bersusah-payah bepergian, kecuali ke tiga masjid, (yaitu) Masjidil Haram, Masjid Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan Masjidil Aqsha”. [HR Al-Bukhari dan Muslim].
”Wahai Nabi Allah, berikanlah penjelasan kepada saya tentang Baitul Maqdis.! Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Bumi Mahsyar dan Mansyar.” [Hadits riwayat Ahmad dan Al-albani menyatakan isnadnya shahih di dalam Fadhailusy Syam].

“Sesunggunya Maimunah pembantu Nabi berkata, “Ya Nabiyallah, berilah kami fatwa tentang Baitul Maqdis”. Maka Rasulullah menjawab, “Bumi tempat bertebaran dan tempat berkumpul. Datangilah ia, maka shalatlah di dalamnya, karena sesungguhnya shalat di dalamnya seperti seribu kali shalat dari shalat di tempat lain. Maimunah kembali berkata: bagaimana dengan mereka yang tak mampu mendatangi Baitul Maqdis? Lalu Nabi pun menjawab : maka kirimkan lah hadiah berupa minyak untuk menerangi Baitul Maqdis, karena barang siapa kirimkan hadiah kesana maka seolah - olah ia telah shalat di Baitul Maqdis"
(HR Ahmad).
Sehingga dari dalil-dalil tersebut dapat disimpulkan, betapa besar keutamaan Masjidil Aqsha ini. Sedangkan bagi warga Palestina yang mempertahankan perjuangannya di sana, maka bukanlah ‘sedekah’ yang harusnya kita berikan kepada para saudara kita di Palestina, melainkan ‘hadiah’. Konotasi sedekah adalah dari yang mampu kepada yang tidak mampu, dari yang memiliki jabatan kepada yang tidak memiliki jabatan, dan sebagainya. Sedangkan hadiah, adalah sesuatu yang diberikan secara istimewa untuk pihak yang kita hargai. Jika kita tidak mampu untuk hadir membela kehormatan Masjidil Aqsha dan tanah yang diberkahi (Syam, Palestina), maka setidaknya kita mendedikasikan hadiah, bukan sedekah kepada mereka yang rela mengorbankan nyawa mereka untuk mempertahankan tanah wakaf Umat Islam seluruh dunia tersebut.
 
6. Palestina-Israel Terus Konflik, Sehingga Percuma Membantu Warga Palestina
 
Ada beberapa komentar netizen yang mengatakan bahwa percuma membantu Palestina karena mereka akan terus konflik dengan Israel hingga hari kiamat.

Nyatanya Palestina memang pasti akan merdeka dan inilah yang diyakini Umat Islam (lihat Surat Al Isra’ ayat 4-8). Namun pertanyaannya, untuk mencapai takdir tersebut, adakah peran kita di dalamnya? Bukankah sebagai sesama manusia saja kita wajib membela mereka yang terjajah hidup dan kedaulatannya, apalagi bagi Muslim Palestina yang saudara kita dalam Islam?

7. Palestina Aman, Tidak Ada Konflik Apa-apa di Sana
 
Jika kita melihat peta Palestina saat ini, yang mana sebagiannya sudah direbut paksa oleh Israel dan menyisakan dua bagian saja yaitu Tepi Barat dimana ada Masjidil Aqsha di sana di Kota Yerusalem, dan Jalur Gaza yang berbatasan dengan Mesir. Para wisatawan yang datang ke Masjidil Aqsha, mereka datang ke wilayah Tepi Barat, yang memang sebagian besar sudah dibawah kontrol pemerintah Israel. Kesaksian dari warga setempat dan disampaikan juga oleh Muhammad Hussein Gaza, bahwa pemerintah Israel memang menginstruksikan agar para tentara penjaga Israel di kompleks Masjidil Aqsha untuk bersikap ramah kepada para turis yang datang berkunjung. Sehingga kesan ‘aman’ ini ditangkap para wisatawan dan mereka tidak melihat adanya kekerasan di sana. Padahal, yang sebetulnya terjadi adalah sebagian  para turis tidak mengetahui bahwa wilayah yang sering dijadikan sasaran agresi militer Israel adalah Jalur Gaza, bukan Tepi Barat atau Kota Yerusalem termasuk Masjidil Aqsha di dalamnya. Sedangkan di area sekitar Masjidil Aqsha warga Palestina yang ingin shalat di sana kerapkali dihalang-halangi untuk beribadah di sana oleh tentara Zionis Israel bahkan saat Ramadhan kerap kali diserang sekalipun warga Palestina yang datang ialah wanita dan anak-anak. Uang yang diberikan dari para turis menuju Masjidil Aqsha jika melakukan perjalanan melalui udara dan mendarat di bandara Ben Gurion di Tel Aviv yang masuk dalam wilayah jajahan Israel tentunya menjadi sumber pemasukan juga bagi pemerintah Zionis tersebut dan masuk akal jika Israel membuat framming positif bagi para turis mengenai sikap mereka kepada warga Palestina dan turis yang datang.
 
Itulah tadi 7 hal yang ada sebagian dari masyarakat salah paham mengenai konflik yang terjadi di Palestina. Semoga informasi ini bermanfaat dan menjadikan kita lebih memahami lagi mengenai konflik yang terjadi di Palestina. (*)

Penulis adalah seorang guru, pegiat kemanusiaan dan ekonom syariah.