Banten

Ulama dan Umaro Deklarasi Pencegahan Dini Radikalisme dan Terorisme

Administrator | Kamis, 24 Januari 2019

Ulama dan Umaro se Kabupaten Tangerang bersatu untuk menangkal paham radikalisme dan terorisme.

TIGARAKSA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang menggelar seminar Deteksi dini paham terorisme dan radikalisme. Acara yang digelar di Gedung Serba Guna Puspemkab Tangerang ini juga untuk menangkal penyeberan ujar kebencian dan hoax. 

Selain dihadiri ratusan ulama dan pejabat se Kabupaten Tangerang, acara ini juga dihadiri ratusan anggota kepolisian dari Polresta Tangerang, Polrestro Tangerang dan Polresta Tangerang Selatan. Hadir sebagai narasumber Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius dan Imam Besar Mesjid Istiqlal Profesor Nasarudin Umar. 

Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar mengatakan, pihaknya ingin di Kabupaten Tangerang bersama-sama untuk melakukan pencegahan dini terhadap paham radikalisme dan terorisme. Menurut Zaki, 

"Kabupaten Tangerang ini sudah sangat heterogen. Tentu sering terjadi dinamika ekonomi, sosial dan politik. Mudah-mudahan Bapak Kepala BNPG Komjen Pol Suhardi Alius dan Imam Besar Mesjid Istiqlal Profesor Nasarudin Umar dapat memberikan pencerahan agar tidak ada radikalisme dan terorisme," terang Zaki. 

Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius mengungkapkan, semua orang dengan berbagai latar belakang berpotensi terpapar paham terorisme dan radikalisme. Menurutnya, orang dari kalangan apa pun dan profesi apa pun dapat terjerumus ke dalam gerakan terorisme. 

"Radikalisme dan terorisme dapat terkena kepada siapa saja, tua, muda, bahkan anak-anak, lelaki ataupun perempuan. Untuk itu kita harus selalu waspada dan menjaga diri serta keluarga kita," ujarnya.

Suhardi melanjutkan, penyebaran radikalisme dan terorisme kian masif terutama di media sosial. Dikatakan Suhardi, berbagai konten seperti tulisan, gambar, audio, dan audio visual tentang propaganda terorisme bertebaran di media sosial. 

"Bila tidak bijak, generasi muda khususnya sebagai pengakses media sosial dapat terpapar paham radikal dan masuk ke dalam gerakan terorisme," tuturnya.

Profesor Nasarudin Nasir mengatakan, paham radikal dapat muncul saat ada klaim kebenaran secara mutlak. Menurutnya, ada sekelompok orang yang selalu menyalahkan orang lain dan tidak pernah menyalahkan diri sendiri. Untuk itu, lanjut dia, dibutuhkan orang-orang arif yang tidak selalu merasa benar sehingga dapat melaksanakan dakwah dengan santun. 

Indonesia, kata Nasarudin, meski sebuah negara dengan Pancasila namun kerukunannya menjadi pujian dunia. Menurutmya, ada beberapa negara yang berlabel negara Islam justru hampir sepanjang waktu terjadi pertikaian. Untuk itu, kata Nasarudin, kita patut bersyukur menjadi warga negara Indonesia. 

"Saat ini, umat Islam Indonesia menjadi idola negara lain," tutupnya. (YAN)