Politik

Suami Meninggal Istri Takut Lapor Karena Ada Ancaman

Administrator | Selasa, 06 Agustus 2019

Istri Almarhum Tasikin Doni Prastianto, Nita Maryanti, saat memberikan ketrerangan pers di kediamannya beberapa waktu lalu.

SINDANG JAYA - Kasus dugaan pemukulan yang dilakukan Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra Kabupaten Tangerang, berinisial RGS terus bergulir. Istri korban hanya bisa pasrah dan berharap balasan yang setimpal dari Allah SWT yang maha kuasa.

Istri almarhum Doni, Nita Maryanti mengungkapkan, sebelum meninggal korban sempat bercerita banyak soal peristiwa yang menimpanya. Almarhum Doni bahkan sempat bercerita kepada ketua RT di Perum Griya Lestari bahwa dirinya dipukuli dan dicekik oleh RGS. Tak hanya itu para ketua RT yang mendengar cerita itu sempat marah dan mengajak korban lapor polisi. Tapi korban enggan melapor.

Nita menjelaskan, hingga korban masuk rumah sakit sampai meninggal dunia meminta kasus ini tidak diekapos keluar. Meskipun keluarga korban sempat meminta kasus ini ditindaklanjuti secara hukum.

"Almarhum sempat cerita banyak kalau dipukuli, dicekik, bahkan dijeblesin (dipentokin ke tembok-red). Tapi almarhum enggan melaporkan ke polisi karena takut. Bahkan kami juga sempat diancam," tuturnya kepada wartawan. 

Karena sekarang Nita hanya tinggal berdua bersama anak perempuannya sesuai SMA, dirinya hanya bisa pasrah. Ia berharap kasus ini Allah yang akan membalasnya. "Mudah-mudahan suami saya bisa tenang di alam sana. Biar semua perbuatan pelaku Allah yang membalasnya," tuturnya.

Bahkan menurut Nita, abaknya pernah dijanjikan masuk ke SMA negeri. Pada kenyataannya sampai hari ini anak almarhum tidak sekolah karena hanya diberikan janji-janji manis dari RGS dan orang-orang terdekatnya.

Saat dikonfirmasi, Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Tangerang RGS membantahnya. Menurut RGS isu itu sengaja dihembuskan jelang pelantikan DPRD Kabupaten Tangerang. Karena dirinya kembali terpilih sebagai anggota DPRD periode 2019-2024. RGS menceritakan, peristiwa yang terjadi si kediamannya pada tanggal 18 April itu, hanya perdebatan seputar form C1 yang distorkan ke DPC. Padahal menurut RGS segarusnya form C1 itu diserahkan ke dirinya untuk mengcounter rapar pleno di kecamatan. 

"Banyak saksinya kok, tidak ada pemukulan. Tapi tiba-tiba almarhum pak Doni lapor ke pak jaro katanya dipukulin," ungkap RGS kepada wartawan.

Namun RGS tidak tuntas saat menceritakan kronologi perdebatan yang terjadi di rumahnya pada 18 April tersebut. Menurut RGS dirinya sudah menjelaskan peristiwa ini ke pihak keluarga dan dirinya sudah meminta maaf secara pribadi maupun secara institusi parpol. 

Sebelumnya diberitakan, Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) Partai Gerindra Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Tasikin Doni Prastianto, meninggal dunia Mei 2019 lalu. Meningganya Doni setelah dirawat di RS Anisa karena mengeluh sakit yang diduga akibat dianiaya oleh Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra Kabupaten Tangerang berinisial RGS.

Informasi yang dihimpun jurnaltangerang.co, Doni masuk rumah sakit pada Sabtu (11/5/2019) lalu setelah mengeluh sakit. Saat dirawat, Doni tak kunjung sembuh, malah semakin parah. Doni sempat dioperasi usus lantaran terjadi pembusukan dan mengeluarkan nanah sebanyak satu liter lebih.

Salah satu warga Pasar Kemis Cahyo menuturkan, Almarhum Doni sebelum meninggal sempat menceritakan kepada rekan-rekan dekatnya baik ketua PAC Partai Gerindra maupun para ketua RT di Perumahan Griya Lestari, Sindang Jaya. Doni bercerita bahwa dirinya dianiaya oleh ketua DPC Patai Gerindra di rumah terduga pelaku. (PUT)