Banten

Puluhan Mahasiswa Triguna Utama Merasa Ditipu Pengelola Kampus

Administrator | Kamis, 21 September 2017

BALARAJA - Puluhan mahasiswa Triguna Utama yang berasal dari kelas jauh merasa ditipu oleh pihak pengelola perguruan tinggi. Pasalnya lebih dari empat tahun kuliah, para mahasiswa tidak mendapatkan gelar sarjana akibat tidak bisa mengikuti sidang skripsi.

Informasi yang dihimpun jurnaltangerang.co, STMIK Triguna Utama yang berkantor pusat di Perumahan Sudriman, Kelurahan Tigaraksa, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang ini, membuka kelas jauh di beberapa lokasi. Kampus Triguna Utama berada di Bogor, Bekasi Jawa Barat, Cinere Jakarta, hingga Cikokol dan Tigaraksa Tangerang.

Salah satu mahasiswa Triguna Utama Urip Setiawan mengungkapkan, dirinya masuk ke perguruan tinggi ini sejak 2013 silam. Ia mengikuti prekuliahan di salah satu lembaga kursus di Balaraja, Kabupaten Tangerang setiap hari Minggu. Setelah empat tahun berjalan, ternyata nilai ujian di perguruan tinggi itu dinyatakan tidak berlaku.

"Saya dan puluhan rekan-rekan mahasiswa lainnya belajar seminggu sekali. Setiap semester saya harus mengikuti ujian seperti layaknya mahasiswa pada umumnya. Namun sayang, ketika sudah mengikuti ujian skripsi, kami tidak bisa wisuda dan harus ujian ulang di kampus pusat," ujar Setiawan kepada jurnaltangerang.co.

Hal senada dikatakan Andri Fauzi, menurutnya saat para mahasiswa ini akan mengikuti ujian ulang di kampus pusat yakni di gedung STIE ISM, Tigaraksa, para mahasiswa tidak diperbolehkan masuk. Sebab para mahasiswa dianggap belum melunasi administrasi di perguruan tinggi tersebut.

"Saya sudah bayar kuliah dari mulai pendaftaran, uang semester, uang bangunan, bahkan hingga bimbingan skripsi dan sidang skripsi. Kok bisa dibilang belum bayar administrasi, inikan aneh," ujar Fauzi dengan nada kesal.

Hal yang sama juga dialami Maidan dan rekan-rekan mahasiswa lainya. Sekitar 33 orang lebih dari jurusan Teknologi Informatika (TI) yang kuliah di STMIK Triguna Utama kampus Balaraja ini dibikin tidak jelas. Bukan hanya persoalan biaya yang hilang jika hak mahasiswa tidak didapat. Melainkan para mahasiswa ini harus kehilangan waktu selama 4 tahun untuk mendapatkan gelar sarjana, tapi tidak tercapai.

"Kami rugi waktu, tenaga, biaya dan yang lebih parah lagi status kami yang seharusnya sudah sarjana kok malah tidak jelas," ujar Maidan, mahasiswa STMIK Triguna Utama lainnya.

Koordinator STMIK Triguna Utama Kampus Balaraja Tajul Muluk mengakui jika para mahasiswa ini sudah membayar. Hanya saja ia meminta waktu untuk menyelesaikan masalah ini dan akan dikoordinasikan dengan pengelola kampus pusat yang berada di STIE ISM Tigaraksa.

"Semuanya akan kami urus secepatnya pak. Dalam waktu dekat kami akan kumpulkan para mahasiswa untuk mengikuti sidang skirpsi," terangnya.

Sementara Ketua Pogram Studi pada STMIK Triguna Utama Bambang saat dikonfirmasi mengaku belum tahu adanya persoalan ini. Sebagai ketua Prodi dirinya akan menyampaikan masalah ini ke ketua STMIK selaku pimpinan.

"Akan saya sampaikan kepada ketua SMIK untuk mencari solusinya. Saya sendri tidak punya kewenangan untuk menangani persoalan ini, karena saya hanya menangani program studi," tandasnya. (PUT)