Figur
Menuju Kursi Kapolri
Ditinjau Dari Perspektif Motivasi dan Kepemimpinan
Berkaitan akan berakhirnya jabatan Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti yang akan pensiun pada Juli 2016, saat ini telah ramai diperbincangkan di berbagai media cetak maupun elektronik. Tak heran berbagai spekulasi dan analisa dari berbagai kalangan baik politisi, pejabat, pengamat maupun lembaga swadaya lainnya memunculkan beberapa nama Jenderal Polisi sebagai calon pengganti Kapolri yang dinilai pantas dan cocok menduduki kursi nomor 1 di institusi Kepolisian tersebut. Dikarenakan kursi jabatan Kapolri adalah salah satu jabatan yang strategis sehingga sangat seksi untuk diperbincangkan.
Beberapa calon Kapolri yang disebutkan oleh berbagai media antara lain Komjen Pol Budi Gunawan, Komjen Pol Dwi Prayitno, Komjen Pol Budi Waseso, Komjen Pol Suhardi Alius, Komjen Pol Syafruddin dan Komjen Pol Tito Karnavian. Namun penulis tidak akan membahas calon-calon Kapolri tersebut, penulis lebih memfokuskan kepada jabatan Kapolri ditinjau dari perspektif Motivasi dan Kepemimpinan.
​Motivasi dan Kepemimpinan
Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapi. Menurut Robbins (2001) menyatakan definisi dari motivasi yaitu kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi beberapa kebutuhan individual. Sedangkan menurut Sondang P. Siagian sebagai-mana dikutip oleh Soleh Purnomo (2004) menyatakan bahwa motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk menggerakkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
​
Berbicara tentang motivasi tentunya adanya tujuan untuk memotivasi yang lebih baik, yang merupakan tujuan motivasi itu sendiri yaitu agar tidak terjadinya penyimpangan dan pergeseran dari tujuan semula. Bertitik tolak dari tujuan kepolisian sesuai dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri, maka hal yang berkaitan dengan motivasi dalam kepemimpinan adalah dalam rangka tertib dan tegaknya hukum dalam rangka mewujudkan pemerintah yang bersih dan berwibawa, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Dalam motivasi kepemimpinan ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam menjalankan manajemen di kesatuannya, antara lain : Kepercayaan, Hubungan, dan Kepemimpinan. Dalam hal kepercayaan, akan menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan itu sendiri meliputi, integritas, kejujuran, teladan, keterbukaan dalam berkomunikasi (termasuk jangan menyembunyikan kabar buruk), berpegang pada prinsip namun tetap fleksibel, setia dalam hal-hal kecil, dapat diandalkan, jaga rahasia, akui kesalahan, minta maaf dan jangan diulangi, serta apa adanya bukan ada apanya.
Proses kepemimpinan secara singkat sering dikatakan sebagai cara untuk mencapai tujuan melalui orang lain. Orang lain disini bisa diartikan sebagai orang-perorang, atau sekelompok orang. Akan tetapi karena orang banyak itu terdiri dari individu dengan kebutuhan yang bervariasi, diperlukan kiat-kiat khusus untuk mengatur supaya kebutuhan, keinginan, dan kepentingan yang bermacam-macam tersebut bisa terakomodasi sehingga timbul dorongan atau motivasi untuk secara mandiri bekerja mencapai tujuan pribadi maupun kelompok.
Dalam proses kepemimpinan, motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam kepemimpinan, karena memimpin adalah mempengaruhi dengan motivasi.Seorang pemimpin harus bekerja bersama-sama dengan orang lain atau bawahannya, untuk itu diperlukan kemampuan memberikan motivasi kepada bawahan.
Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi, sebab keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat bergantung kepada kewibawaan, dan juga pemimpin itu di dalam menciptakan motivasi di dalam diri setiap orang bawahan, kolega maupun atasan pemimpin itu sendiri. Seorang pemimpin memotivasi pengikut melalui gaya kepemimpinan tertentu yang akan menghasilkan pencapaian tujuan kelompok dan tujuan individu. Pengikut yang termotivasi akan berusaha mencapai tujuan secara sukarela dan selanjutnya menghasilkan kepuasan. Kepuasan mengakibatkan kepada perilaku pencapaian tujuan yang diulang kembali untuk mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang.
Motivasi dalam Kepemimpinan yang dibahas dalam tulisan ini adalah kekuatan atau daya dorong yang menggerakkan sekaligus mengarahkan kehendak, perilaku seseorang dan segala kekuatannya untuk mencapai tujuan yang diinginkannya, yang muncul dari keinginan memenuhi kebutuhannya. Motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang ingin dipenuhi. Kebutuhan ini menimbulkan keinginan dalam diri seseorang untuk memenuhinya. Disini kebutuhan dapat dilihat sebagai kekurangan (defisiensi) yang dialami individu pada waktu tertentu. Kekurangan-kekurangan merupakan pemicu timbulnya keinginan dan perilaku untuk meresponnya. Sebenarnya kalau ditelusuri lebih dalam, motivasi bukan saja karena adanya kebutuhan, melainkan lebih karena adanya harapan akan dapat dipenuhinya kebutuhan itu.
Kepemimpinan merupakan faktor utama sebagai penentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain, berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi tergantung dari bagaimana kepemimpinan itu dapat diimplementasikan dengan baik di lingkungan organisasinya. Berbagai teori menjelaskan mengenai konsep kepemimpinan, namun demikian yang menjadi objek dalam kepemimpinan itu sendiri yaitu figur seorang pemimpin. Pemimpin adalah orang yang berada pada baris terdepan dalam memperjuangkan dan melaksanakan perubahan dalam organisasi yang dipimpinnya menuju ke arah yang lebih baik. Seorang pemimpin yang mempunyai fungsi utama sebagai penggagas perkembangan dan pembelajaran juga harus memiliki kemampuan untuk berpikir global dan bertindak lokal yaitu mampu membuahkan pemikiran yang besar dengan memulai langkah-langkah kecil untuk mencapainya.
Kepemimpinan Kapolri hendaknya adalah Kepemimpinan Visioner yaitu seorang pemimpin yang harus bisa menjadi penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan pelatih. Oleh karena itu seorang pemimpin visioner harus:
1) Menyusun arah dan secara personal sepakat untuk menyebarkan kepemimpinan visioner ke seluruh organisasi. 2) Memberdayakan para karyawan dalam bertindak untuk mendengar dan mengawasi umpan balik. 3) Selalu memfokuskan perhatian dalam membentuk organisasi mencapai potensi terbesarnya.
Pada masa sekarang yang kompleks dan ketidak pastian terus meningkat, maka siapapun yang nantinya akan menjadi Kapolri akan jauh lebih sulit dan masalah yang dihadapi lebih banyak dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Dengan berbagai permasalahan tersebut, Kapolri harus mampu menjadi inspiratif mengubah dan memperbaharui organisasi serta membangkitkan semangat dan memberikan motivasi kepada anggota. Agar organisasi dapat berkembang, diperlukan kepemimpinan yang kuat, yaitu pemimpin yang ulet dan percaya pada kemampuannya, berani mengambil risiko, lugas dan bersemangat serta mampu memberikan inspirasi dan dorongan.
Seorang pemimpin harus mempunyai sikap, sikap yang dibutuhkan agar dalam proses sebagai pemimpin, ia bisa menempatkan diri dan mengerti bagaimana seorang pemimpin harus bertindak. Setelah mempunyai kuasa, seorang pemimpin harus tegas memimpin organisasinya. Ketegasan adalah salah satu bentuk tanggungjawab seorang pemimpin. Tanpa tanggungjawab, seorang pemimpin tidak akan bisa mengendalikan organisasinya. Robert C. Miljus meyebutkan tanggungjawab pemimpin adalah sebagai berikut :
a) Menentukan tujuan pelaksanaan kerja yang realistis.
b) Melengkapi para bawahan dengan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.
c) Mengkomunikasikan kepada bawahan tentang apa yang diharapkan dari mereka.
d) Memberikan susunan hadiah yang sepadan untuk mendorong prestasi.
e) Mendelegasikan wewenang apabila diperlukan dan mengundang partisipasi apabila memungkinkan.
f) Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan pekerjaan yang efektif.
g) Menilai pelaksanaan pekerjaan dan mengkomunikasikan hasilnya.
h) Menunjukkan perhatian kepada para bawahan.
Oleh karena itu, siapapun yang nantinya menjadi Kapolri pengganti Jenderal Polisi Badroddin Haiti diharapkan dapat memenuhi kriteria tersebut diatas mengingat di lingkungan organisasi Polri yang akan dipimpinnya terdapat harapan yang diinginkan setiap anggota yang menjadi bawahan terhadap pimpinannya yaitu mampu bersikap maupun berinteraksi dengan mendasari butir-butir etika kepemimpinan sebagai perwujudan dari paradigma baru Polri yang dapat memotivasi dan menjadi suri tauladan bagi anggotanya untuk bersama-sama mencapai tujuan organisasi Polri dan dicintai masyarakat.
​(Penulis : Kompol Arman, SIK, MSi - Peserta didik di Sespimmen Polri)

- Polisi Bersinergi Dengan Wartawan
- Hermansyah Buka Muscab XII Gerakan Pramuka
- Desa Serdang Kulon Dinilai Tim Provinsi Banten
- Pemkab dan Warga Sepakat Tunggu Hasil Rekomendasi Ombudsman
- Pelaku Penjambretan Dikormas Warga







