Banten

Gudang Beras Bulog Diminta Punya Tempat Khusus

Administrator | Rabu, 28 Desember 2016

TANGERANG - Wakil Ketua Komisi VI DPR, Inas Nazrullah Zubir menyambangi Gudang Bulog Sub Drive Tangerang pada Rabu (28/12/2016). Ia memastikan ketersediaan dan kualitas beras yang didistribusikan se-Tangerang Raya.

"Harus dipastikan kualitas dan penyalurannya itu baik untuk masyarakat," ujar Inas.

Ia mengakui bahwa banyak warga yang komplain terkait kualitas dari Bulog ini. Baik itu warnanya yang kusam serta berkutu.

Oleh karena itu jajarannya melakukannya peninjauan langsung di Gudang Bulog tersebut. Bahkan politisi dari Partai Hanura ini berkeliling ke gudang penyimpanan beras dan memakan mentah-mentah beras yang akan disalurkan ke masyarakat.

"Perlu adanya penyimpanan yang layak dan modern untuk beras-beras itu. Agar kualitasnya terjaga dan yang paling penting ketersediannya ada," ucapnya.

Inas menyinggung terkait pengoplosan beras Bulog yang ditemuinya saat kunjungan ke Sumatera belum lama ini. Polisi pun membongkar tindak kejahatan itu dan menindak tegas para pelaku.

"Perlu dicatat pengoplosan beras ini sangat berbahaya. Terlebih lagi beras ini sasarannya untuk masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah. Pihak Bulog harus berkoordinasi dengan polisi terkait ada oknum-oknum nakal yang mencampur beras rusak itu untuk dikonsumsi masyarakat banyak, ini sangat bahaya," kata Inas.

Ia menegaskan negara jangan kalah dengan mafia atau tengkulak-tengkulak yang memanfaatkan peredaran beras oplosan itu. Inas berniat agar pihak Bulog benar-benar ketat dan terus melakukan monitoring terhadap oknum yang bermain untuk mengeruk keuntungan.

"Perhatikan juga kemasannya yaitu karung beras Bulog. Banyak orang yang memanfaatkan karung itu kemudian diisi beras oplosan lalu disebarkan ke masyarakat. Ini perlu perhatian khusus cara managementnya jangan sampai kecolongan," ungkapnya.

Sementara itu Kepala Bulog Sub Drive Tangerang, Rusli membenarkan ada teknik pencampuran beras. Namun mekanisme tersebut tak menyalahi aturan.

"Kami bukan mengoplos, tapi beras yang sudah lama dicampur dengan beras yang masih bagus. Itu namanya proses perbaikan beras," tutur Rusli.

Rusli mengklaim pihaknya komitmen dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Penyaluran raskin tersbut dilakukan dengan point-point yang sudah ditetapkan.

Di antaranya ketersediaan, keterjangkauan, dan stabilitas harga. Beras dibeli dari petani seharga Rp. 7.300 per kilonya.

"Dijual ke masyarakat per kilonya hanya Rp. 1.600 sisanya Rp. 6.000 lebih disubsidi pemerintah," tandasnya. (ARM/WIN)