Banten

Banyak Kosan dijadikan tempat Prostitusi

Administrator | Kamis, 13 April 2017

KOSAMBI — Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Tangerang, menemukan banyak penyimpangan di Kosambi. Tak sedikit rumah kos-kosan yang dijadikan tempat prostitusi untuk melayani pria hidung belang. Mereka memilih kos-kosan atau rumah  kontrakan, karena menganggap lebih murah dibanding harus menyewa hotel.

“Dengan melayani di kontrakan atau kos-kosan tentunya mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh para hidung belang. Sehingga jumlah pelanggannya akan semakin banyak,” jelas Hadi Irawan, staf Program Monitoring dan Evaluasi Data KPA Kabupaten Tangerang. 

Hadi menjelaskan, maraknya kos-kosan atau kontrakan dijadikan tempat prostitusi tersebut, terjadi pasca penutupan lokalisasi prostitusi di Desa Dadap, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang. Pasalnya kontrakan atau kos-kosan yang digunakan masih disekitar Kecamatan Kosambi, Pakuhaji hingga Mauk.

Selain itu lanjut Hadi, perkembangan wilayah dengan adanya perluasan Bandara Soekarno-Hatta turut berpengaruh. Semakin banyaknya hotel serta café-café membuat permintaan para PSK semakin besar. Para PSK memanfaatkan telepon yang dimilikinya dengan mempromosikan diri lewat akun sosial media miliki mereka. 

“Berapa angka pastinya kami belum tahu pasti. Hanya saja beberapa contoh kasus sudah kami miliki,” papar Hadi. 

Hadi menjelaskan dengan metode seperti ini banyak dipilih karena bagi para PSK keuntungannya semakin besar karena kini mereka tidak harus lagi memberikan setoran kepada mami atau membayar jasa keamanan. Untuk menanggulangi hal ini, lanjut Hadi KPA Kabupaten Tangerang bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang telah meluncurkan Cyber Outreach. Dengan Cyber Outreach tersebut pihaknya bisa memantau akun-akun mana saja yang dimanfaatkan para PSK untuk mempromosikan dirinya kepada para lelaki hidung belang.

“Cyber Outreach telah berjalan hampir satu tahun, hanya saja sebelumnya Cyber Outreach lebih difokuskan kepada LSL (Lelaki Suka Lelaki/homo) karena mereka telah lebih dulu memliki akun dan grup di media sosial,” jelas Hadi. 

Setelah menemukan akun tersebut, lanjut Hady, pihaknya mencoba melakukan pendekatan kepada para pelaku untuk mau memeriksakan dirinya. Hal ini penting untuk mencegah penularan HIV semakin besar. (day)