Figur

Anak Negeri Menangis

Administrator | Selasa, 10 November 2015

Sebagai anak negeri saya hanya bisa menangis, melihat keadaan negeri ini semakin di ambang kehancuran. Banyak rakyat pribumi yang tidak bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan semakin kesini saya melihat pilihan ikut menjadi mafia atau sebagai anak negeri yang mempunyai ketulusan untuk menjaga ibu pertiwi.

Negara ini disulap menjadi lahan bisnis dan rakyat hanya sebagai penonton yang disuguhi sirkus para elite negeri ini, menahan lapar sambil tepuk tangan. Sangat terasa ketika pemimpin dilahirkan dari media dan mana pemimpin yang sudah fight berjuang untuk negri ini.

Sebagai rakyat kami hanya bisa bersedih, setiap hari deberi tontonan perdebatan, keputusan-keputusan yang tidak menenangkan. Sementara hak-hak rakyat semakin di batasi. Sulitnya lapangan pekerjaan membuat kehidupan rakyat semakin menderita, mengorbankan anak-anaknya sampai putus sekolah karna tidak ada biaya. 

Sekarang banyak orang yang memilih jalan sesat melakukan tindakan kriminal sampai nyawa dan dirinya menjadi ancaman, karna faktor ekonomilah yang membuatnya seperti itu. Demi kelangsungan hidup keluarga dan anak mereka agar tetap bertahan hidup. 

Saya yakin hatinya menderita dan jiwanya menangis tak ingin semua itu terjadi, tetapi keadaanlah yang membuatnya nekat melakukan itu semua.

Ini tanah kami, kami lahir disini, kenapa kami seperti ketakutan di negri sendiri ??.

Pemimpin itu seperti kasih ibu yang selalu menenangkan dan kasih kabar baik buat anaknya meskipun berbeda karakter bukan berarti harus diadu domba. Bagaimana sang ibu itu bisa merangkul anak-anak nya agar tenang, damai dan menjaga persaudaraan meskipun banyak perbedaan. Indonesia dilahirkan sebagai negara besar suku, agama, dan bahasa menjadikan kita berkarakter!.

Saya juga mengutip arti sastra jawa apa ada kebenaran tanpa kesalahan sebelumnya, takut berbuat salah akan membuatmu tak pernah menjumpai kebenaran, sebab salah dan benar itu termasuk jodohmu pula. Jiwa-jiwa pengorbanan rapuh hilang senyap dan sembunyi dibalik geduhnya negri ini. Pemimpin untuk rakyat bukan boneka yang untuk menyenangkan sang ratu dan golongannya.

Di Indonesia tidak kekurangan orang pintar dan orang yang berteori, tapi negri ini membutuhkan orang yang bisa mengobati luka, Indonesia yang tidak hanya berbicara.
Tantangan generasi Indonesia saat ini buka lagi mengangkat senjata untuk mengusir penjajah, tapi bagaimana menjaga keutuhan NKRI, menghadapi persaingan global dan ekonomi di Era Globalisasi tanpa meninggalkan karakter negara Indonesia. Indonesia di bangun dari berbagai suku, budaya, ras dan agama, tanpa itu belum disebut Indonesia. 

"Mengahadapi realita kenyataan di negeri ini yang saling tuduh, saling fitnah dan saling melempar tanggung jawab, tidak akan menyelesaikan solusi."

Dan pemimpin yang baik adalah berani mengambil resiko dan tanggungjawab untuk menyelesaikan masalah dan konflik tanpa harus menjual drama kepentingan atau pencitraan. Semakin sedih di zaman sekarang harga nyawa pejuang dihargai tak mahal dari nasi bungkus, banyak pejuang yang mempertahankan tanah lahirnya dibunuh perlahan. 

"Rakyat bukan sekedar objek, bukan juga sekedar perlengkapan dari komponen negeri"!!

Rakyat sekarang di tuntut mengerti pemimpin, rakyat yang melayani pemimpin bukan pemimpin yang mengerti rakyat. Jangan butuh kami saat mencari kekuasaan semata, menjual nama kami saat butuh dan setelah itu kami ditinggal saat duduk di kursi empuk kekuasaan. Memilih itu mudah tetapi bertanggung jawab atas pilihan itu yang tidak semua orang bisa melakukannya!!...

Pada siapa kami mengadu? Agar membukakan jalan untuk anak-anak Indonesia mengejar mimpi dan mewujudkan cita-cita kami??....

Generasi muda bukan ancaman, generasi muda butuh ruang berlari, berteriak, belajar di tanah lapang yang luas untuk mengekspresikan jati diri. Perbedaan pendapat bukan untuk melemahkan tapi sebagai pelengkap untuk memberikan kekuatan. Kami berdoa memgharapkan keajaiban Tuhan Yang Maha Esa, agar negara Indonesia menjadi negara yang penuh kasih, toleransi dan berpegang teguh dan saling menguatkan untuk mewujudkan mimpi sang generasi-generasi muda. Tidak dipungkiri bahwa 5-10 tahun lagi generasi muda yang akan menjadi penerus dan menjadi pemimpin di negeri ini. 

Oleh : Ida Nurhayati
Sekretaris Umum HMI Komisariat Tigaraksa, Tangerang.